Kamis, 13 Desember 2007

Kekerasan, Bukan Sebuah Jawaban


Hari ini, saya menerima sebuah e-mail yang isinya cukup menarik dari seorang teman. Attachment gambar dalam e-mail tersebut adalah sebagai berikut:

Setelah melihat gambar2 tersebut, ada beberapa pemikiran tentang kekerasan yang ingin saya bagi dengan Anda:

1. Kekerasan selalu dilakukan terhadap pihak yang lebih lemah. Walau yang kuat seharusnya melindungi yang lebih lemah. Seperti orang tua terhadap anaknya, atau seorang suami terhadap keluarganya.

2. Kekerasan selalu menimbulkan 'kerusakan', walaupun alasan dilakukannya karena 'disiplin', 'cinta' dll. Contohnya, anak yang mengalami kekerasan akan melakukan kekerasan terhadap anaknya, dan menjadi lingkaran setan kekerasan yang tidak berujung. Belum lagi, akan sangat mempengaruhi masa depan sang anak.

Beberapa waktu lalu, saya membaca hasil observasi Mas Adhitya Mulya tentang hasil 'disiplin' orang tua terhadap anak dan masa depan anak2 tersebut di blognya, www.suamigila.com.
Ceritanya begini, ada 3 orang bapak yang punya 'metode' yang berbeda dalam 'mendidik' anak2nya. Bapak pertama mendidik dengan kekerasan. Kalau anaknya melakukan kenakalan, melawan orang tua dsb, maka ia tidak akan segan-segan menghajar anak tersebut. Bapak kedua mendidik anak2nya dengan tekanan mental agar anak2nya mengikuti perintahnya. Tekanan mental dalam artian memaki, mengancam dan macam2 sumpah serapah yang digunakan agar anak2nya takut kepadanya. Sedangkan bapak ketiga mendidik anak2nya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Seakan maklum dengan kenakalan anak2 yang dibuat oleh anak2nya.

Dua puluh tahun pun berlalu, dan anak2 mereka telah menjadi dewasa. Anak bapak pertama menjadi seorang pecandu narkoba, anak bapak kedua mengidap kelainan syaraf karena mengalami stres berlebihan sedangkan anak bapak ketiga bekerja di salah satu bank terkemuka di Indonesia.

Cerita di atas membuat saya teringat akan kata2 dalam komik/film Spiderman yang mengandung makna sangat dalam, 'from great power comes great responsibility.' Betapa kekuatan yang dimiliki harus disertai dengan tanggung jawab, agar dapat memberikan kebaikan, bukan menimbulkan kerusakan dan kehancuran. Orang tua terhadap anak, suami terhadap keluarga.


Memang, kekerasan tidak akan pernah menjadi sebuah jawaban, apapun alasannya. (rai)