Senin, 18 Agustus 2008

Rivalitas Adidas - Nike


Berebut Pasar Tiongkok

Para atlet yang berkompetisi dalam Olimpiade Beijing akan memeras keringat mereka agar berhasil memperoleh medali emas dalam ajang akbar tersebut. Sementara hal itu berlangsung, Nike dan Adidas, dua rival merek dagang perlengkapan olahraga, berjuang memperebutkan dominasi pasar penjualan.
Setiap kali ajang Olimpiade diadakan merupakan saat bertempur bagi kedua merek itu, namun persaingan kali ini akan terjadi lebih hebat lagi. Beijing adalah gerbang menuju pasar yang baru. Ada 1,3 miliar pasang kaki di Tiongkok dan tidak semuanya memakai sepatu bermerek. Karena itu kedua perusahaan berharap dapat menjadikan negara tersebut pasar terbesar mereka, setelah Amerika Serikat, dalam beberapa tahun ke depan. "Ini merupakan kesempatan terbesar memperoleh pasar baru," kata Direktur Pusat Pemasaran Olahraga Warsaw di Universitas Oregon, Amerika Serikat, Paul Swangard. "Belum pernah ada event Olimpiade yang membawa kesempatan seperti ini," tambahnya.
Bagi Adidas, kesempatan tersebut sangatlah penting. Apalagi setelah perjanjian kerja sama dengan Reebok pada tahun 2005 yang gagal meningkatkan pendapatan mereka. Karena itu, Adidas melihat Olimpiade Beijing sebagai sebuah solusi untuk memperbaiki keadaan tersebut.
Adidas membayar US$ 100 juta atau sekitar Rp 910 miliar tunai agar bisa menjadi sponsor resmi Olimpiade Beijing. Perusahaan itu juga akan menyediakan perlengkapan bagi para atlet, pekerja suka rela, dan pejabat teknis, serta menjadi sponsor permainan interaktif internet yang menampilkan beberapa atlet Tiongkok agar mendapat tempat utama di hadapan penonton Olimpiade.
Sedangkan Nike memilih strategi yang berbeda. Mereka hanya fokus memberikan sponsor kepada atlet-atlet tertentu saja. "Nike tidak pernah harus menjadi sponsor resmi untuk membuat terobosan," kata Swangard.
Walau Adidas yang bermarkas di Jerman memiliki pasar yang kuat di Eropa dan Nike memiliki kelemahan di pasar Amerika Serikat, Nike telah berhasil mengembangkan keunggulan global terhadap pesaingnya tersebut pada tiga tahun terakhir.
Menurut Sporting Goods Intelligence, Nike telah berhasil menguasai 36 persen pasar dunia, jumlah yang besar bila dibandingkan dengan Adidas yang hanya menguasai 21,8 persen pasar dunia.
Berdasarkan rencana yang dimiliki Adidas, saat Olimpiade dimulai, mereka akan memiliki 4.000 toko eksklusif di Tiongkok, termasuk mendirikan sebuah toko megah seluas 10.000 kaki di Beijing.
Permasalahan yang dihadapi Adidas adalah walau mereka telah menjadi mitra penyedia perlengkapan olahraga resmi Olimpiade, namun lebih banyak atlet bintang yang disponsori Nike seperti petenis Swiss Roger Federer, bintang lari Australia Craig Mottram, dan pebasket AS Kobe Bryant.
Kenyataan bahwa atlet yang disponsori Nike belum tentu menjadi juara memang menjadi risiko langkah promosi tersebut. Oleh karena itu, Nike telah membuat perjanjian penyediaan perlengkapan dengan 22 dari 28 federasi olahraga Tiongkok. Dengan adanya perjanjian tersebut, bahkan Yao Ming pun akan mengenakan seragam bola basket dari Nike.
Selain perjanjian dengan federasi olahraga Tiongkok, Nike juga membuat perjanjian yang sama dengan federasi olahraga negara lainnya, termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Rusia.
Dengan demikian, sebagian besar dari 3.000 atlet yang disponsori Adidas dan Nike akan berlaga di Beijing, hanya akan mengenakan kostum dengan lambang perusahaan tersebut pada saat seremoni penyerahan medali. Dalam pertandingan, mereka harus mengenakan kostum dengan lambang Nike. [SRA/N-5]