Minggu, 04 Mei 2008

“Ngapain Pusing Mikirin Global Warming?”


Seloroh di atas adalah sebuah seloroh yang dikeluarkan oleh Benny, tokoh kartun dalam serial Benny & Mice, dalam sebuah karikatur yang dipajang dalam Zona A Green Festival yang diadakan di Parkir Timur Senayan baru-baru ini. Sebuah seloroh yang mungkin merepresentasikan ketidakpedulian sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap Global Warming (Pemanasan Global).

Dengan adanya ketidakpedulian itu, kita tidak menyadari bahwa perilaku kita sehari-hari telah turut menyebabkan terjadinya Pemanasan Global, yaitu proses peningkatan suhu rata-rata Bumi akibat meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang dihasilkan aktivitas manusia. Pemakaian kendaraan pribadi walau sebetulnya masih ada kendaraan umum (public transportation) yang bisa menjadi alternatif sarana transportasi menyebabkan emisi karbon berlebihan dari sektor transportasi.

Pemakaian listrik secara berlebihan juga telah menyumbang emisi karbon cukup besar ke udara. 27 persen energi listrik Indonesia dihasilkan oleh PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berbahan bakar batubara. Emisi yang ditimbulkan oleh PLTU tersebut menyumbang 26 persen dari emisi karbon total Indonesia.

Bahkan, pemakaian kertas dan tisu dengan boros turut andil dalam Pemanasan Global, karena kertas dan tisu dihasilkan dari hasil pengolahan sebatang pohon. Andaikata tidak diolah, 1 hektar pohon dapat menurunkan suhu global 6-8 derajat Celsius dan dapat menyimpan air tanah sebesar 900 meter kubik per tahun.

Pemanasan Global sebetulnya telah kita rasakan langsung dampaknya saat ini. Karena Pemanasan Global, hujan turun dengan curah yang tinggi dalam sebuah periode waktu yang pendek, sedangkan di luar periode tersebut hujan jarang terjadi.

Akibatnya, air bersih sangat sulit untuk didapatkan. Bahkan, menurut data yang terungkap dalam even yang bertemakan Aksiku Untuk Bumi tersebut, hanya 54 persen dari total kebutuhan air bersih di Jakarta (sebesar 547,5 juta meter kubik per tahun) yang bisa disediakan oleh PDAM DKI Jakarta. Sisanya, sebesar 251,8 juta meter kubik per tahun, harus diperoleh masyarakat dari air tanah. Padahal, batas maksimal penggunaan air tanah adalah sebesar 186,2 juta meter kubik per tahun.

Karena eksploitasi air tanah yang berlebihan tersebut, cadangan air tanah di Jakarta terus berkurang tiap tahunnya. Beberapa daerah di Jakarta pun akhirnya mengalami kekurangan air bersih. Permukaan tanah di beberapa daerah di Jakarta pun mengalami penurunan karena eksploitasi tersebut. Bahkan, di beberapa tempat, penurunan permukaan tanah terjadi sampai sedalam 1,8 meter.

Curah hujan yang sangat tinggi karena Pemanasan Global juga sering menimbulkan bencana banjir. Kerugian yang harus kita alami pun bermacam-macam. Aktivitas sehari-hari seperti bekerja dan bersekolah menjadi terhenti karena sarana transportasi terputus akibat terhalang banjir.

Berbagai penyakit seperti penyakit kulit dan gangguan pencernaan pun merebak akibat lingkungan yang kotor karena banjir. Di daerah persawahan, gagal panen terjadi sehingga pasokan makanan terganggu. Apabila terjadi berkelanjutan, hal ini tentu saja dapat menimbulkan krisis pangan.

Upaya di Rumah

Upaya yang bisa dilakukan oleh setiap keluarga dalam mengurangi efek Pemanasan Global ternyata dapat dimulai dari rumah sendiri. Dalam Zona B Green Festival, ditunjukkan hal-hal baru yang bisa dilakukan ketika melakukan kegiatan yang berkaitan dengan berbagai area rumah seperti halaman, garasi, ruangan keluarga dan ruang tidur, ruang kerja, kamar mandi serta ruang makan dan dapur, yang dapat mengurangi efek Pemanasan Global.

Di halaman rumah, kita bisa mengkonservasi air tanah dengan cara membuat lubang resapan biopori. Selain untuk konservasi air tanah, lubang biopori juga berguna mengurangi wabah penyakit yang disebabkan oleh genangan air dan tumpukan sampah, seperti demam berdarah dan malaria. Kita juga bisa memasang lampu taman dengan sensor cahaya untuk melakukan penghematan listrik.

Untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan pribadi, dapat ditempuh car pooling, yaitu berbagi kendaraan dengan orang lain yang memiliki tujuan searah. Cara lain yang juga bisa kita tempuh adalah melakukan ecodriving, yaitu mengendarai mobil agar hemat BBM (Bahan Bakar Minyak). Prinsip ecodriving adalah tidak ‘mengebut’ ketika mengemudikan mobil dan ketika pindah ke gigi yang lebih tinggi dilakukan dengan lambat, sedangkan ketika pindah ke gigi yang lebih rendah dilakukan dengan cepat.

Penghematan listrik dapat dilakukan di ruang keluarga, ruang tidur dan ruang kerja dengan cara menggunakan lampu hemat listrik di ruangan-ruangan tersebut. Lampu-lampu dalam rumah juga harus sering dibersihkan, karena lampu yang berdebu bisa mengurangi cahaya sebesar 5 persen. Bila diperlukan AC (air conditioner) dalam ruangan, kita bisa menggunakan AC hemat listrik yang kini telah banyak dijual.

Untuk menghemat air, gunakan shower ketika mandi. Air yang digunakan ketika mandi menggunakan shower akan lebih sedikit dibandingkan mandi cara tradisional yang menggunakan gayung. Kita juga dapat memasang toilet yang memiliki pengaturan jumlah air untuk menyiram, agar air yang dikeluarkan untuk menyiram sesuai dengan kebutuhan sehingga menghemat air.

Ketika berbelanja, kita bisa membawa tas belanjaan sendiri dari rumah. Penggunaan tas belanja plastik akan menyebabkan semakin bertambahnya sampah anorganik yang sulit diurai, sedangkan penggunaan tas belanja dari kertas merupakan suatu tindakan pemborosan kertas. Kita juga bisa menggunakan plastik bio yang mudah terurai untuk membuang sampah rumah tangga.

Berbagai informasi yang berguna mengenai Pemanasan Global disambut baik oleh pengunjung Green Festival. “Pada awalnya, saya tertarik datang ke sini karena acara ini berhubungan dengan bidang kuliah saya, Biologi. Namun, setelah melihat berbagai informasi yang diberikan, saya menyadari bahwa ada beberapa kebiasaan saya yang harus diubah agar dapat membantu mengurangi Pemanasan Global,” papar Ferry, seorang mahasiswa universitas negeri di Jakarta.

Komentar baik terhadap acara ini juga dikeluarkan oleh Amsar Adam yang diajak oleh anaknya untuk datang ke Green Festival. Menurutnya, acara ini memberikan edukasi yang sangat baik mengenai Pemanasan Global kepada masyarakat, terutama bagi anak-anak. Amsar juga menambahkan bahwa Green Festival juga harus diadakan di kota-kota lain di Indonesia, jangan hanya di Jakarta saja.

Selain pengunjung individual, Green Festival juga dikunjungi oleh rombongan murid sekolah. Menurut Didik Rahmat, guru sebuah sekolah dasar yang datang mengunjungi even ini bersama 20 orang muridnya, Green Festival mendukung pendidikan kesadaran lingkungan bagi para muridnya.

“Di sekolah, para murid diajar untuk memilah sampah organik dan sampah anorganik. Mereka juga diajari proses daur ulang sampah kertas. Hal ini berkaitan dengan program Adi Wiyata yang dikembangkankan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka pelestarian lingkungan,” tutur Didik.

Semoga saja even ‘kampanye hijau’ ini dapat menjadi awal sebuah kesadaran lingkungan dalam diri masyarakat Indonesia, sehingga slogan “Aksiku Untuk Bumi” tersebut tidak akan menjadi sebuah slogan kosong tanpa adanya aksi nyata. Mari kita semua berusaha untuk mewujudkannya! [Stephanus Rezy Anindito]

Tidak ada komentar: