Selasa, 27 November 2007

Galang Island, Batam



Galang, Memory of a Past Tragedy

Di tahun 1979, kedatangan para pengungsi Vietnam ke Indonesia semakin lama semakin banyak jumlahnya, sehingga perlu dibentuk sebuah area penampungan bagi mereka. Pulau Galang, salah satu pulau yang berada di Kepulauan Riau, akhirnya terpilih untuk dijadikan sebagai tempat penampungan para pengungsi tersebut. Kamp pengungsi yang kini mudah dicapai dari Batam berkat adanya Jembatan Barelang tersebut memang telah ditinggalkan oleh seluruh penghuninya sejak tahun 2002. Namun, peninggalan bersejarah yang mereka tinggalkan menjadikan Camp Sinam sebuah obyek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.


The History

Setelah usai berkecamuknya perang Vietnam, kondisi di negara tersebut menjadi tidak menentu. Keadaan ini membuat banyak rakyat Vietnam memilih untuk mengungsi ke negara lain demi mendapatkan kehidupan yang lebih aman dan baik. Kedatangan mereka ke Indonesia mulai terjadi pada tahun 1975. Rombongan pengungsi pertama yang berjumlah kurang lebih 45 orang tersebut menuju ke Pulau Natuna. Dan pada akhirnya ditempatkan di Pulau Letung.

Sejak saat itu, rombongan pengungsi yang berdatangan ke Indonesia semakin lama semakin banyak. Dan pada akhirnya, setelah dilakukan survei, Pulau Galang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai lokasi penampungan para pengungsi tersebut. Pada tahun 1980, sekitar 50.000 orang pengungsi Vietnam ditempatkan di Camp Sinam, Pulau Galang ini.

Tercatat jumlah total pengungsi Vietnam yang pernah berada di Indonesia sejak tahun 1975 sampai 1996 adalah sebanyak 250 ribu jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 5.600 jiwa dipulangkan kembali ke Vietnam, 500 orang meninggal dunia dan sisanya diterima di negara-negara yang mau menerima mereka sebagai penduduk seperti Amerika Serikat, Australia, Perancis, Italia dan lain sebagainya.

Live in Refuge

Selama di Camp Sinam, para pengungsi Vietnam tersebut ditangani oleh UNHCR. Kebutuhan sehari-hari mereka diberikan oleh organisasi PBB tersebut. Untuk tempat tinggal, dibangunlah barak-barak tempat tinggal. Fasilitas kesehatan dan pendidikan juga tersedia bagi seluruh pengungsi.

Para pengungsi yang terdiri dari bermacam-macam latar belakang pendidikan dan pekerjaan tersebut juga sering diperbantukan pada berbagai aktifitas UNHCR. Banyak juga dari mereka yang melakukan perdagangan di area kamp. Tercatat bahwa beberapa di antara mereka mendirikan pabrik seperti pabrik pembuatan tahu, pakaian dan lain sebagainya. Juga ada yang membuat usaha money changer.

Karena lokasi kamp yang dekat dengan kawasan Pantai Melur, para pengungsi pun sering menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata. Bagi mereka yang diijinkan, dapat mengunjunginya di hari Sabtu atau Minggu.

Story of Tragedy

Berbagai kisah tragis pun mewarnai kehidupan para pengungsi Vietnam ini. Salah satunya adalah kisah Tinh Nhan Dai, seorang wanita pengungsi Vietnam. Ia diperkosa bergantian secara brutal oleh beberapa pengungsi lain di salah satu kawasan hutan area kamp pengungsian. Tak berapa lama setelah kejadian tersebut, Tinh Nhan pun mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri tak jauh dari barak tempat ia dan keluarganya tinggal. Kejadian ini meninggalkan duka yang mendalam kepada para pengungsi.

Untuk memperingati kejadian tragis ini, dibangunlah Humanity Statue di lokasi tempat pemerkosaan terjadi. Patung ini dibuat oleh Nguyen Van Tuyen, seorang pengungsi yang juga turut bersimpati atas terjadinya tragedi ini.

Kisah tragis lain pun terjadi ketika para pengungsi Vietnam akan dipulangkan ke Vietnam, setelah kesempatan untuk menjadi warga negara di negara-negara barat ditutup. Keadaan ini sangat ditentang keras oleh para pengungsi, karena kekhawatiran apa yang akan terjadi apabila mereka kembali ke Vietnam.

Beberapa pengungsi Vietnam yang merasa putus asa atas keadaan ini, akhirnya melakukan bunuh diri bersama. Walau hal ini terjadi, pemulangan para pengungsi ke Vietnam tetap berlangsung.

Religious Living

Para pengungsi Vietnam yang pernah hidup di Pulau Galang menganut berbagai agama yang berbeda. Mereka pun mendirikan berbagai tempat keagaman sesuai dengan agama yang mereka anut. Terdapat Ta On Duc Me Catholic Church dan Nha To Duc Me Vo Nhiem Catholic Church yang digunakan oleh para pengungsi beragama Katolik untuk mengadakan misa atau melakukan pertemuan-pertemuan. Keunikan dari Nha To Duc Me Vo Nhiem Catholic Church adalah adanya patung Bunda Maria diatas sebuah ‘kapal’ di luar gereja ini, sebagai peringatan atas keselamatan para pengungsi Vietnam sampai ke Pulau Galang dengan menggunakan kapal. Mereka yang beragama Kristen Protestan mendirikan Tinh Lanh Church.

Mayoritas pengungsi Vietnam di Camp Sinam menganut agama Budha. Tidak heran bila banyak pagoda dan tempat religius lain yang berdiri di tempat ini. Beberapa tempat religius agama Budha yang ada adalah Bodhi Tree dan Worship Site for Goddes Kuan Im. Sedangkan berbagai pagoda yang berdiri adalah Chuan Ky Vien Pagoda, Cao Dai Pagoda, Chua Kim Quan Pagoda dan Quan Am Tu Pagoda.

Quan Am Tu Pagoda

Pagoda Quan Am Tu bercirikan Patung Dewi Gung Shi Pu Sha (Dewi Kuan Im) berukuran besar yang terletak di luarnya. Terdapat altar doa di depan patung Dewi Kuan Im tersebut, dimana dipercaya apabila berdoa di altar tersebut akan diberikan jodoh (bagi mereka yang belum berjodoh), hoki dalam usaha dan ketentraman berumah tangga. Sedangkan bagi anak-anak, akan diberikan keberhasilan dalam studi. Berdasarkan tradisi, setelah berdoa diharapkan melemparkan koin sebagai persembahan ke depan patung Dewi Kuan Im.

Boat People Plaza

Di tempat ini, dipamerkan beberapa jenis perahu yang digunakan oleh para pengungsi untuk mengarungi lautan demi mendapatkan kehidupan baru di negara lain. Dapat dibayangkan penderitaan yang mereka alami selama diperjalanan, karena perahu yang hanya berukuran demikian dijejali oleh puluhan bahkan ratusan manusia. Tidak heran bila banyak korban yang meninggal dalam perjalanan menggunakan kapal-kapal tersebut.

Ngha Trang Grave

Di pemakaman ini, terdapat 503 makam pengungsi beragama Kristen dan Budha. Besarnya kematian saat itu diakibatkan berbagai penyakit yang mereka derita setelah berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Selain itu, depresi mental membuat fisik mereka menjadi semakin lemah.

Ziarah kuburan oleh para keluarga dan sahabat yang pernah menjalani kehidupan bersama dipengungsian telah dilakukan beberapa kali. Para peziarah adalah para mantan pengungsi yang mendapatkan sponsor dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada dan kini telah hidup bahagia dan mapan di negara-negara tersebut.

The Museum

Pengunjung juga dapat mengunjungi museum yang merupakan pusat informasi Camp Sinam. Di sini, dipamerkan berbagai barang-barang peninggalan serta hasil karya tangan para pengungsi Vietnam. Bentuk hasil karya tangan pengungsi ini biasanya adalah kerajinan tanah liat dan lukisan.

Juga terdapat foto-foto kegiatan serta kejadian yang ada di Camp Sinam. Seperti kegiatan kepanduan muda mudi Vietnam di Camp Sinai, kegiatan perayaan hari besar keagamaan, aksi unjuk rasa penghuni kamp demi kesejahteraan yang lebih baik, proses pemulangan para pengungsi menggunakan kapal perang milik TNI dan lain sebagainya.

Bila ingin mendapatkan tambahan informasi, pengunjung juga dapat menemui para petugas yang menjaga museum ini. Dengan senang hati, mereka akan membagikan informasi yang ingin diketahui oleh pengunjung. [RAI]

Tidak ada komentar: